
Jakarta, 19 Juli 2019 – 01:05 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Indeks Dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah pada sesi perdagangan Kamis (18/7/19).
Dari laporan bank sentral AS (Beige Book The Fed) memberikan tekanan bagi dolar AS. Beige Book adalah laporan kondisi ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian.
Sebelumnya pimpinan The Fed Jerome Powell tidak mengubah sikapnya demi melihat rilis data yang bagus.
Saat berbicara di Paris pada Selasa tengah malam Powell kembali menegaskan akan “bertindak sesuai kebutuhan” untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.
Hingga kini para pelaku pasar masih menyakini The Fed bakal memotong suku bunga acuan sampai tiga kali di tahun ini. Diperkirakan pemotongan suku bunga acuan yang pertama akan dilakukan pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), kemudian dua lagi di bulan September dan Desember.
Selain The Fed, Dana Moneter International (IMF) juga ikut mengirim sentimen negatif. IMF mengatakan nilai tukar dolar masih ketinggian (overvalued) antara 6% sampai 12% berdasarkan fundamental ekonomi saat ini.
IMF mengatakan nilai tukar dolar masih ketinggian (overvalued) antara 6% sampai 12% berdasarkan fundamental ekonomi saat ini.
Sebagai dampaknya, sejauh perdagangan hari ini Indeks Dolar berada di zona merah, pada pukul 00.25 WIB berada di level 96.81 terpantau melemah dibandingkan penutupan Rabu kemarin. menurut data MetaTrader5 dari victoryforex.co.id.
Seperti diketahui bahwasannya Indeks Dolar AS ini dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss.
Yang kemudian Indeks Dolar AS ini dijadikan acuan kekuatan mata uang dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Selain euro berkontribusi sebesar 57.6%, ada juga mata uang Poundsterling 11.9% termasuk mata uang utama lainnya yang membentuk indeks dolar yakni Japanese yen (13.6%), dolar Kanada (9.1%), krona Swedia (4.2%) dan franc Swiss (3.6%).
Namun di sisi lain, saat ini pelemahan Indeks dolar AS masih tersokong oleh jebloknya performa mata uang 19 negara (Euro).
Para pelaku pasar juga memprediksikan bahwa dari European Central Bank (ECB) akan bersikap dovish saat mengumumkan kebijakan moneter untuk pekan depan yang berdampak pada mata uang 19 negara ini menjadi tertekan.
Adapun dari hasil survei dari Reuters menunjukkan ECB diprediksi akan memotong suku bunga pada bulan September mendatang.