Jakarta, 11 Januari 2021 – 12:27 WIB – Victory International Futures – vifxpro.com

Harga minyak mentah terkoreksi pada awal perdagangan hari ini. Sentimen negatif bagi minyak datang dari kekhawatiran baru tentang permintaan bahan bakar global di tengah penguncian yang ketat akibat lonjakan virus corona.
Harga minyak semakin tertekan, pembatasan pergerakan baru di China, yang merupakan pengguna minyak terbesar kedua di dunia, setelah melonjaknya kasus Covid-19.
Senin (11/1), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2021 turun 0,8% ke US$ 55.57/barel.
Disisi lain, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2021 merosot 0,4%, menjadi US$ 52.02 /barel. WTI telah menguat ke level tertinggi dalam hampir satu tahun pada hari Jumat (8/1) pekan lalu.
“Titik panas COVID-19 menyala lagi di Asia, dengan 11 juta orang di lockdown di provinsi Hebei China … bersama dengan sedikit ketidakpastian kebijakan The Fed telah memicu aksi take profit pagi ini,” kata Stephen Innes, ahli strategi pasar di Axi dalam sebuah catatan.
Seperti diketahui, China Daratan mengalami peningkatan harian terbesar dalam kasus Covid-19 dalam lebih dari lima bulan. Hari ini, Otoritas Kesehatan Nasional China mengatakan, terdapat lonjakan infeksi baru di Provinsi Hebei, yang mengelilingi ibu kota Beijing.
Shijiazhuang, ibu kota Hebei dan pusat wabah baru di provinsi itu, diisolasi dengan orang-orang dan kendaraan dilarang meninggalkan kota. Ini dilakukan karena pihak berwenang bergerak untuk mengekang penyebaran virus tersebut.
Di sisi lain, sebagian besar kawasan Eropa sekarang berada di bawah pembatasan ketat, menurut indeks keketatan Oxford, yang menilai indikator seperti larangan perjalanan dan penutupan sekolah dan tempat kerja.
Namun, kerugian harga minyak diatasi oleh rencana Presiden terpilih AS Joe Biden yang akan mengumumkan triliunan dolar dalam tagihan bantuan virus corona pada pekan ini, yang sebagian besar akan dibayar dengan peningkatan pinjaman.
Harga minyak mentah juga tetap didukung oleh janji Arab Saudi untuk pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel /hari (bph) pada bulan Februari dan Maret.
“Minyak masih memperkirakan banyak optimisme terkait dengan peluncuran vaksin Covid-19,” tambah Innes.
“Permintaan akan selalu meningkat saat vaksin diluncurkan, dan sisi pasokan terkendali berkat OPEC+ dan upaya berkelanjutan Arab Saudi.”