Jakarta, 23 Februari 2023 – 11:48 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Harga minyak dunia turun US$ 2/barel ke level terendah selama dua minggu pada penutupan hari Rabu (22/2) kemarin.
Investor pun khawatir karena data baru-baru ini akan mendorong kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral dapat menekan pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Harga minyak mentah berjangka international jenis Brent turun 3% menjadi US$ 80.60/barel. Senada, harga minyak berjangka acuan AS jenis WTI turun 3% menjadi US$ 74.05/barel.
Dikutip Reuters, Kamis (23/2), risalah pertemuan The Fed pada dini hari tadi, menunjukkan mayoritas pejabat the Fed setuju bahwa risiko inflasi tinggi tetap menjadi faktor kunci yang membentuk kebijakan moneter dan menjamin kelanjutan kenaikan suku bunga sampai terkendali.
“Sementara data ekonomi AS yang lebih baik berarti permintaan minyak yang lebih baik. Kekhawatirannya adalah bahwa hal ini memaksa Fed untuk mengetatkan kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.
“Hal ini juga mendukung dolar AS, namun tidak membantu minyak,” lanjutnya.
Sebagai informasi, indeks dolar AS naik untuk sesi kedua berturut-turut. Hal ini membuat minyak berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Persediaan minyak AS telah naik setiap minggu sejak pertengahan Desember 2022 dan menurut jajak pendapat yang dilakukan Reuters persediaan minyak naik 2,1 juta barel. Hal ini mengkhawatirkan investor tentang permintaan di negara tersebut.
Pasalnya, permintaan minyak mentah secara musiman lebih rendah karena kilang-kilang utama AS sedang dalam musim pemeliharaan.
Menurut perusahaan riset energi IIR, sekitar 1,44 juta barel/hari kapasitas penyulingan AS diperkirakan akan offline pada pekan yang berakhir 3 Maret.
Badai salju besar-besaran di Dataran Utara AS dan Upper Midwest juga telah memukul permintaan bahan bakar, dengan 3.500 penerbangan ditunda atau dibatalkan di seluruh negeri sejauh ini, menurut FlightAware.com. Bensin berjangka AS turun hampir 4% ke level terendah dalam dua minggu.