
Jakarta, 6 Mei 2021 – 14:29 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Harga emas menguat pada perdagangan Kamis (6/5/21) siang, karena penurunan imbal hasil US Treasury mengimbangi tekanan dari apresiasi dolar, sementara investor menunggu data penggajian non-pertanian Amerika Serikat untuk periode April yang akan dirilis akhir pekan ini.
Mengutip Metatrader 5 pukul 14:22 WIB, harga emas di pasar spot di transaksikan menguat 0,42 persen menjadi USD 1793.90 per troy ounce, memperpanjang keuntungan semalam yang ditutup naik 0,45 persen.
Sementara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni 2021 berada di USD 1794.10 per troy ounce.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun melayang mendekati level terendah satu pekan, yield yang lebih renddah mengurangi opportunity cost untuk memegang emas yang tidak memberikan bunga.
Indeks Dolar yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, melayang mendekati level tertinggi dua pekan pada sesi Rabu.
Menkeu AS Janet Yellen pada hari Rabu mengklarifikasi komentar sebelumnya tentang kemungkinan Federal Reserve menaikkan suku bunga bukanlah prediksi atau rekomendasi. Klarifikasi ini menahan penurunan harga emas lebih dalam.
Emas juga mendapat dukungan ketika angka ekonomi lebih buruk dari perkiraan yang dirilis pada Rabu (4/5/21). Automated Data Processing Inc. melaporkan bahwa 742.000 pekerjaan sektor swasta diciptakan pada April, angka yang jauh di atas 565.000 pekerjaan baru pada Maret, tetapi kurang dari perkiraan pasar 800.000.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan indeks jasa-jasa pada angka 62,7 pada April, lebih rendah dari yang diharapkan serta lebih rendah dari angka 63,7 pada Maret.
Kini, fokus investor bergeser pada laporan ketenagakerjaan bulanan AS, Jumat, yang diprediksi menunjukkan penggajian non-pertanian meningkat sebesar 978.000 pada bulan lalu.
Gubernur Federal Reserve AS Michelle Bowman mengatakan pada hari Rabu ekonomi negara dapat mencatat pertumbuhan lebih cepat dari perkiraan dan tingkat pengangguran turun lebih cepat dari yang diperkirakan.
Namun, Presiden The Fed Chicago, Charles Evans, mengulangi kekhawatirannya tentang pencapaian sasaran inflasi 2% dan mengatakan dia memperkirakan kebijakan moneter tetap akomodatif untuk beberapa waktu.