
Jumat, 03/05/2019
Pasokan Minyak di AS Membludak, Harga Minyak Dunia Tertekan
Harga minyak mentah dunia merosot pada perdagangan Kamis (02/05/2019), waktu Amerika Serikat (AS). Harga minyak mentah dunia merosot tajam disebabkan oleh kekhawatiran pasar terhadap membanjirnya pasokan, terutama pasokan minyak mentah dari AS.
Tak hanya itu, sentimen lain juga berasal dari dampak pengetatan sanksi AS terhadap Iran yang berlangsung secara bertahap.
Jumat (03/05/2019), harga minyak mentah berjangka AS merosot US$1,79 atau 2,8 persen menjadi US$61,81 per barel. Kondisi ini membuat penurunan harga WTI sepanjang pekan ini diperkirakan bakal menjadi yang terbesar sejak Februari 2019.
Dilansir dari Reuters,
Harga minyak mentah Brent juga melemah US$1,43 atau 2 persen menjadi US$70,75 per barel.
Pekan ini, sanksi AS terhadap Iran mengalami peningkatan seiring pemerintahan Presiden Donald Trump yang ingin menghentikan pengecualian penjualan minyak Iran terhadap 8 negara, termasuk China dan Turki.
Pemberlakuan pengecualian tersebut sebelumnya memungkinkan negara-negara tersebut tetap mengimpor minyak dari Iran. Namun, penghapusan pengecualian ternyata tak segera membuat pasar kekurangan pasokan.
“Pasar tak merasakan China dan Turki berhenti (mengimpor minyak dari Iran) sepenuhnya,” ujar Partner Again Capital Management John Kilduff di New York.
Menurut Kilduff, saat ini, muncul kemarahan di pasar. China telah mengajukan keluhan kepada AS terkait pengenaan sanksi terhadap Iran. Di saat bersamaan, Turki menyatakan tidak bisa segera mengganti impor minyak dari Iran.
Akibatnya kedua negara tersebut meminta AS untuk mengevaluasi pengetatan atas kebijakan sanksi yang dilakukan.
Sebelumnya, harga minyak ditopang oleh krisis politik di Venezuela, pengetatan pemberlakuan sanksi AS terhadap Iran, serta kebijakan pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Namun, sentimen penguatan harga yang tersisa juga mulai tergerus oleh tingginya persediaan minyak mentah AS yang mengindikasikan pasokan pasar mencukupi.
Pekan lalu, berdasarkan data pemerintah AS, persediaan minyak mentah AS menanjak 9,9 juta barel menjadi 470,6 juta barel, tertinggi sejak September 2017. Peningkatan tersebut terjadi seiring level produksi yang menembus level 12,3 juta barel per hari (bph).
“Kondisi ini seiring kilang-kilang minyak AS yang menuju periode perawatan musim semi sehingga meningkatkan ketakutan akan permintaan yang bakal melemah dan stok minyak yang akan terus menanjak,” ujar Bank ANZ dalam catatannya.
Meski banyak negara anggota OPEC ingin melanjutkan kebijakan pemangkasan pasokan minyak, kelompok kartel tersebut secara bertahan akan terdesak untuk memenuhi permintaan pasar. Hal itu seiring terjadi kenaikan harga minyak lebih dari 30 persen sepanjang tahun ini.