Jakarta, 28 Januari 2021 – 00:22 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id

Bursa saham AS dibuka anjlok pada perdagangan Rabu (27/1), seiring naiknya kecemasan investor atas risiko “taper tantrum” jika bank sentral menghentikan pembelian obligasi di pasar pada tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 322,98 poin ke 30614.09. S&P 500 melemah 58,9 poin ke 3790.72 sementara Nasdaq ambles 245,45 poin ke 13380.62.
Kemarin Saham Microsoft melompat 1% di awal pembukaan. Investor menyambut positif lompatan bisnis komputasi awan perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di Wall Street tersebut, Kini giliran Apple, Facebook, dan Tesla yang merilis kinerja keuangannya per kuartal IV-2020.
Apple, Microsoft, Tesla dan Facebook merupakan empat dari enam emiten terbesar di AS dari sisi kapitalisasi pasar. Artinya, pergerakan saham mereka bakal sangat mempengaruhi kinerja indeks bursa sahamnya.
Namun, kali ini efek pandemi malah mendominasi arah sentimen. Saham Boeing anjlok lebih dari 3% setelah merilis laporan keuangan 2020 yang menunjukkan rugi bersih senilai US$ 11,9 miliar akibat pelarangan terbang 737 Max dan pandemi.
Di sisi lain, Starbucks melaporkan kinerja yang melampaui estimasi tetapi angka penjualan di toko yang sama anjlok 5% akibat kebijakan karantina wilayah (lockdown) parsial yang marak selama pandemi. Saham perseroan drop lebih dari 3%.
Indeks Volatilitas Cboe, atau yang dikenal sebagai indeks kecemasan pelaku pasar, tercatat melompat di atas 27, menjadi yang tertinggi dalam 3 pekan terakhir jelang konferensi pers Federal Reserve (the Fed).
Investors memantau pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang akan menggelar konferensi pers dan pengumuman suku bunga acuan. Bos bank sentral tersebut bakal menjelaskan pandangannya mengenai outlook perekonomian AS.
Selain itu, dia juga akan memberikan sinyal mengenai perlu-tidaknya melakukan kebijakan moneter untuk membantu menstabilkan perekonomian AS. Banyak investor mengantisipasi kemungkinan Powell akan menyebut “tapering.”
Jika kata tersebut terucap, maka bank sentral terkuat di dunia itu bakal menghentikan pembelian obligasi di pasar yang selama ini menjadi sumber likuiditas di pasar keuangan AS saat pandemi memukul perekonomian.