Jakarta, 18 Maret 2021 – 00:45 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Bursa saham AS merosot pada pembukaan sesi awal perdagangan Rabu (17/3), investor akan meng-antisipasi atas hasil rapat bank sentral AS Federal Reserve (The Fed).
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 52,5 poin dan 20 menit kemudian berbalik minus 10,7 poin ke 32815.26. S&P 500 susut 22,1 poin ke 3940.59 dan Nasdaq merosot 144,2 poin ke 13327.35.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali mencetak rekor tertinggi baru di 1,67%, atau tertinggi sejak Februari 2020. Kenaikan ini telah mengganggu kinerja bursa saham beberapa pekan terakhir, terutama bagi saham teknologi.
Yield obligasi serupa bertenor 30 tahun juga loncat ke 2,428% atau tertinggi sejak November 2019. Kondisi tersebut bisa menekan arus kas emiten penerbit surat utang terutama mereka yang bergerak di sektor teknologi.
Saham Apple, Alphabet, dan Facebook kompak melemah di pembukaan, dipimpin Tesla yang drop lebih dari 2%. Saham kapal pesiar Royal Caribbean dan Carnival naik sekitar 1%. Saham McDonald juga melesat 1% setelah Deutsche Bank mendongkrak peringkat saham tersebut dari ‘tahan’ menjadi ‘beli’.
Dalam pidato Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, pasar mencari indikasi The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebelum atau sesudah 2023. The Fed akan merilis kebijakan terbarunya pasca-kucuran stimulus senilai US$ 1,9 triliun.
Kebijakan stimulus moneter yang sekarang dijalankan menjadi sorotan apakah akan dilanjut atau dikurangi. Investor juga akan memantau komentar Powell, di mana komentarnya akan menentukan arah pergerakan bursa.
Terlebih, kebijakan yang diambilnya akan menjadi acuan bank sentral lain di seluruh dunia. Bank sentral Inggris, Jepang dan Indonesia akan menggelar rapat serupa besok yang juga berujung pada pengumuman suku bunga acuan.
“Ada asumsi bahwa kebijakannya masih dovish besok. Dengan stimulus tambahan, sulit baginya untuk tak dovish. Mereka tidak mau membuat pasar khawatir. Mereka takut mengganggu pemulihan,” tutur Peter Boockvar, Direktur Investasi Bleakley Advisory Group, kepada CNBC International.