
Jakarta, 15 Mei 2019 – 09:50 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Ekonomi China tampaknya melambat signifikan pada bulan April lalu, bahkan sebelum tarif perang dagang AS baru sebesar 25 % yang lebih tinggi berlaku. Pembacaan data China menyajikan pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel tercatat penurunan yang signifikan.
Gambaran besarnya, rilis data yang keluar hari ini menunjukkan bahwa ekonomi China kehilangan momentum yang di perolehnya pada kuartal pertama dan pada saat itu sedang terlarut dalam perang dagang yang makin serius dengan Amerika Serikat (AS). Selama sepekan terakhir , dua Negara ekonomi terbesar dunia ini telah bertukar tarif.
Data yang lesu juga cenderung menghidupkan kembali perdebatan tentang apakah China akan memberlakukan lebih banyak stimulus fiskal dan moneter untuk menopang perekonomian, menyusul angka PDB kuartal pertama yang lebih kuat dari perkiraan.
Produksi industri – ukuran output sektor industri ekonomi china termasuk manufaktur pertambangan dan utilitas tumbuh 5.4% pada April. Ini turun dari 8.5% dari bulan Maret dan di bawah perkirakan 6.5%. Ini akan memicu kekawatiran atas kemampuan Cina untuk menghadapi perang dagang.
Pemerintah China menghadapi situasi prihatin ini dengan menerapkan tarif terbarunya terhadap impor AS senilai 60 Milliar yang akan berlaku pada 1 juni mendatang.
Penjualan ritel April di China YoY, jumlahnya sampai di +7,2% meleset dari yang di perkirakan 8,6% dan +8,7% data sebelumnya, dengan output industri YoY di + 5,4% sedangkan +6,5% yang diharapkan dan +8,5% sebelumnya.
Index manajer pembelian manufaktur (PMI) turun 50.1 pada bulan April di bandingkan Maret sebesar 50.5 yang di harapkan tidak berubah di angka 50.5. Ekspor turun 2.7% pada April melawan kenaikan 14.2 % Maret lalu.
Sementara itu, data Selasa menunjukkan bahwa output dan penjualan kendaraan pada bulan April masing-masing turun 14.45% dan 14.61%, menurut Asosiasi Produsen Otomotif China.