Jakarta, 9 Januari 2023 – 12:38 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) memborong emas dalam jumlah yang besar dalam dua bulan terakhir. World Gold Council (WGC) pada Jumat, (6/1), melaporkan PBoC memborong emas sebanyak 32 ton pada November 2022.
Senin, (9/1), harga emas di Commodity Exchange (COMEX) menguat 0,18% menjadi US$ 1873.1/troy ons. Sementara, harga emas spot menguat 0,24% ke US$ 1870.2/troy ons.
Pembelian emas oleh PBoC adalah yang pertama kali sejak September 2019. Kemudian pada akhir pekan lalu, PBoC mengumumkan pembelian emas sebesar 30 ton pada Desember 2022. Dengan demikian, dalam dua bulan PBoC memborong 62 ton emas.
Tidak hanya China, bank sentral lainnya juga memborong emas pada tahun lalu. WGC melaporkan jumlah pembelian tersebut menjadi yang terbesar dalam 55 tahun terakhir.
Mesin utama pertumbuhan yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China, semuanya mengalami aktivitas ekonomi yang melemah.
“Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia akan berada dalam resesi,” kata Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana IMF kepada CBS, seperti dikutip Reuters.
“Tahun 2023 akan lebih sulit dari tahun lalu karena ekonomi AS, Uni Eropa dan China akan melambat”, pungkasnya.
Pelemahan tipis pada 2022 terbantu reli harga emas sejak November, saat China mulai memborong logam mulia ini. Sepanjang November 2022 emas tercatat melesat 8,3%, kemudian pada Desember naik lagi 3,2%. Di pekan pertama 2023, harga emas dunia langsung melesat 2,3%.
Dengan suramnya ekonomi dunia pada 2023, harga emas yang malah jeblok pada tahun lalu tentunya menjadi terlihat murah. Apalagi, dengan proyeksi adanya pelonggaran kebijakan moneter dunia ketika resesi terjadi dan inflasi mulai menurun, emas tentunya akan sangat diuntungkan, harganya bisa melesat tinggi.
Bank sentral yang memborong emas pada tahun lalu tentunya sudah mendapat keuntungan, nilai cadangan devisanya menjadi menanjak.
Sementara itu kepala riset BullionVault, Andrian Ash mengatakan Amerika Serikat dan sekutu yang membekukan cadangan devisa Rusia dalam bentuk dolar AS menjadi salah satu pemicu bank sentral kembali memborong emas.
“Langkah bank sentral kembali ke emas menunjukkan latar belakang geopolitik saat ini adalah ketidakpercayaan, keraguan dan ketidakpastian setelah Amerika Serikat dan sekutu membekukan cadangan devisa Rusia,” kata Ash seperti dikutip Financial Times.