Jakarta, 9 Juni 2022 – 17:21 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Bursa Eropa bergerak melemah pada perdagangan hari Kamis (9/6/2022), menjelang rilis keputusan suku bunga acuan terbaru dari bank sentral Eropa (ECB).
Indeks Stoxx 600 melemah 2.25 poin (-0,51%) ke 438.12, indeks DAX Jerman turun 98.85 poin (-0,68%) ke 14 347.14, indeks CAC Prancis surut 22.44 poin (-0,35%) ke 6 426.19, Indeks FTSE Inggris turun 34.25 poin (-0,45%) ke 7 558.75.
Saham ritel asal Inggris Sainsbury anjlok lebih dari 5%, sedangkan saham Tate & Lyle melesat lebih dari 4% setelah melaporkan kinerja keuangan.
Investor wilayah Eropa saat ini sedang berfokus pada pertemuan kebijakan moneter dari ECB yang dijadwalkan pada pukul 18:45 wib. ECB diprediksikan akan menaikkan suku bunga pada bulan depan karena inflasi kawasan Eropa telah mencapai rekor tertingginya pada bulan Mei.
Selain itu, investor juga akan menanti pernyataan dari Presiden ECB Christine Lagarde untuk mengukur seberapa agresif ECB akan menaikkan suku bunga acuannya.
Bursa saham di Asia Pasifik bergerak beragam di perdagangan hari ini, di mana investor sedang mengamati reaksi pasar terhadap rilis data perdagangan China di Mei yang berada di atas prediksi pasar.
Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di pra-pembukaan perdagangan hari ini, setelah mayoritas indeks berakhir lebih rendah kemarin dan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik.
Sementara itu, investor global juga menanti petunjuk terhadap pertumbuhan ekonomi dari rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Mei yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat (10/6/2022).
Pasar memprediksikan IHK untuk bulan Mei akan melandai jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan dapat mengindikasikan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
Perdagangan yang negatif pada hari ini, melanjutkan tren penurunan karena keresahan akan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi menekan sentimen investor.
“Orang-orang menyadari dengan pasti bahwa perusahaan mulai menaikkan biaya dan harga secara umum, jauh lebih tinggi daripada sebelumnya karena biaya produksi mereka naik dan kekhawatiran akan potensi biaya yang terus melonjak. Saya pikir itulah salah satu alasan mengapa kami melihat tekanan penurunan pada ekuitas,” tutur Profesor Ekonomi University of Chicago Randal Kroszner.