Jakarta, 7 Juni 2022 – 19:15 WIB – Victory International Futures – victoryforex.co.id
Bursa Eropa tergelincir pada perdagangan hari Selasa (7/6/2022), dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran jelang rilis inflasi Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini.
Indeks Stoxx 600 melemah 2.93 poin (-0,66%) ke 441.19, indeks DAX Jerman turun 159.99 poin (-1,09%) ke 14 493.82, indeks CAC Prancis surut 63.20 poin (-0,97%) ke 6 485.58, Indeks FTSE Inggris turun 17.00 poin (-0,22%) ke 7 591.22.
Pasar global sedang menantikan data ekonomi utama AS yang akan dirilis pada pekan ini, termasuk rilis data inflasi terbaru pada Jumat (10/6/2022).
Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Mei diprediksikan akan sedikit lebih rendah dari bulan April dan beberapa analis juga mengharapkan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
Selain itu, investor juga akan disibukkan oleh rilis data ekonomi dari University of Michigan untuk indeks sentimen konsumen yang dijadwalkan pada hari Jumat (10/6/2022).
Saham di Asia-Pasifik bergerak beragam pada perdagangan hari Selasa, setelah Reserve Bank of Australia mengumumkan kenaikan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan sebesar 50 basis poin.
Sedangkan kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS bergerak turun pada perdagangan hari Selasa, karena Wall Street berjuang untuk mendapatkan arah menjelang angka inflasi utama yang di rilis pada hari Jumat.
Sementara itu, bursa saham di Inggris bergerak terbatas di tengah gejolak politik di negara tersebut. Pada Senin (6/6) malam, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berhasil lolos dari pemilihan yang dipicu oleh anggota parlemennya sendiri, di tengah meningkatnya ketidakpuasan dalam kepemimpinannya.
Sebanyak 211 anggota parlemen Partai Konservatif mendukung Boris, sedangkan 148 anggota parlemen menyatakan tidak mendukungnya. Boris membutuhkan dukungan mayoritas dari 180 anggota parlemen untuk memenangkan suara, tapi angka 148 lebih buruk dari yang diperkirakan banyak orang.
Hal tersebut juga lebih buruk daripada hasil pemungutan suara serupa yang dihadapi mantan Perdana Menteri Theresa May pada 2018. Dia mengundurkan diri setelah memimpin Inggris hanya dalam enam bulan.